E-book Windows Java Symbian My Playlist Video
Blogger Skins Scripts Blogging Tips Link Kosong Link Kosong
Blogs Review Cerita Hot Link Kosong Link Kosong
KonsultasiFacebookku Twitterku Software CommunityConnected ForeverMusik Favorit
Senin, 10 Mei 2010 | 05.35 | 1 Comments

Arti Senyuman Ibu

Sejak menjadi lumpuh akibat kecelakaan 7 bulan yang lalu nampaknya ayahku semakin depresi dari hari ke hari, sehingga suatu hari dia tiba-tiba ngamuk. Dia mengusir kami keluar dari rumah. Awalnya kami tidak menghiraukan omongan dia yang marah itu, tapi ketika melihat dia merangkak kedapur dan mengancam akan membakar rumah, kamipun mulai keluar. Ibuku, aku, dan adik perempuanku yang masih berumur 7 tahun hanya bisa menangis sambil membawa keluar barang-barang berlomba dengan api yang terus melahap rumah kayu kami sementara orang-orangpun mulai berdatangan untuk menolong dan menonton. Untunglah ibuku sempat mengambil simpanan uang sekitar 9 jutaan, dan perhiasaan, demikian juga aku dan adikku sempat membawa hampir semua pakaian kami, sementara ayah ikut habis dimakan api. Nampaknya tidak ada pilihan lain untuk menghemat uang, kami terpaksa mengontrak sebuah rumah kecil yang tidak jauh dari situ. Rumah itu benar-benar sempit bagi kami bertiga, sehingga kamipun harus tidur satu kasur di dalam kamar tidur yang memang cuma satu. Namun yang menjadi masalah besar bagi kami, yaitu kami harus berurusan dengan polisi, sebagai buntut dari kasus bunuh diri ayah. Hampir 2 minggu baru kami bisa merasa tenang, meskipun urasannya belum selesai, tetapi kami bisa bebas dari 'bolak balik dipanggil' polisi, ibupun bisa kembali bekerja di sebuah salon dan sekolah akupun tidak lagi terganggu. Hari-hari berlalu kamipun mulai bisa melupakan masalah besar yang pernah menimpa kami, dan canda tawapun mulai ada diantara kami meskipun masih jarang. Memang semua sudah mulai normal tapi aku malah semakin tidak normal, dari malam ke malam aku semakin gelisah, setiap melihat ibuku mulai berbaring, hatiku terasa menyadari bahwa ibuku kesepian sejak ayah sakit, dan aku ingin menggantikan posisi ayah memeluk dan menindih ibu. Tapi benarkah ibu merasa kesepian dan maukah ibu jika aku lakukan itu?Memang meskipun kami tidur satu kasur, namun saking sibuknya kami kadang tidak banyak ngobrol, kalau malam kadang malas ngobrol karena tidak mau menggangu adikku yang mau cepat tidur. Suatu malam ketika seperti biasanya kami mulai duduk diatas kasur hendak tidur, sementara adik duluan tidur ditengah antara aku dan ibu, aku coba berbicara: “bu, ada yang ingin aku omongkan” “kenapa nak?” ibu dengan suara lembut. Aku menarik nafas panjang:”nampaknya kita harus ngobrol diruang tamu aja, ga pa-pa kan ma?” Aku duluan berdiri dan langsung menuju sofa yang sudah robek-robek tapi masih lembut diruang tamu itu, kemudian ibu mengikuti duduk diujung sofa.”Ada apa nak” ibu bertanya lagi sambil seperti menahan kantuk. “Ga pa-pa kok ibu, aku cuma rindu dan pingin ngobrol sama ibu, ga marahkan!” “Ah! Masak marah sih!” ibu tersenyum. “Bu,” aku menarik nafas, “apa ibu ga ada rencana nikah lagi?” Ibu tersenyum lagi, “ha..ha.. kenapa memang?” “Ga pa-pa, tapi ibu ga kesepian?” aku memberanikan diri memandang wajah ibu. Ibu terdiam kemudian menunduk. Dengan jantung berdenyut hebat, aku mulai mendekati ibu, langsung memegang tangannya. Sementara ibu masih terdiam menunduk, aku mulai memeluk lembut. “Kenapa kamu grosi?” ibu tiba-tiba berbicara membuat aku terkejut. “ga-ga…” aku gugup. Membuat ibu tersenyum lagi namun untuk senyum yang ketiga kali ini aku tafsir sebagai sinyal bahwa ibu mengerti perasaanku. Untuk itu aku coba mencium pipinya. Ternyata benar ibu menikmati, sehingga aku merasa diberi kekuasaan untuk mengecup bibirnya dan terus melumat.

Seperti biasanya dalam dunia kasmaran, kami duapun saling mematuk, berlomba memberi kenikmatan dan secara otomatis tanganku meraba dan terus membukakan pakaian ibu. Payudaranya sudah tidak kencang lagi, tapi aku begitu berhasrat mengenang masa balitaku dengan mengisap pentil kemerah-merahan itu. Dengan sedikit panduan dari ibu akupun mulai memasukkan penisku, karena memang ibu sudah mengambil posisi menekukkan lututnya, namun ketika aku mulai memperkuat goyangan, mungkin karena sofa ‘klasik’ itu ikut bergoyang sehingga menimbulkan suara, dan mungkin kemudian membuat adikku yang dikamar tiba-tiba terbangun dan langsung memanggil “mama!” Kami dua kaget, dan spontan aku mencabut penisku sekaligus mengambil pakaian masing-masing untuk menutupi tubuh. Ibu membalutkan pakaiannya ditubuhnya dan dengan ekpresi gusar ibu masuk kemar sambil berbicara: “kenapa nak, ini ibu disini.” Beberapa menit kemudian Nampak ibu kembali kepadaku dikamar tamu dengan membawa selimut. “Kita ulang lagi ya, sayang” suara ibu terdengar serak. Kami duapun segera mengambil posisi diatas sofa, mengabaikan kemungkinan adik terbangun lagi. Namun ketika aku hendak memasukkan penisku lagi, tiba-tiba ibu berbicara: “biar ibu aja yang diatas, biar suaranya ga kuat” ibu sepertinya menghindari suara goyangan sofa yang bisa membuat adikku terbangun lagi. Tapi sama saja, goyangan ibu juga membuat ada bunyi-bunyian disofa tua itu, namun ibu sepertinya tidak mau peduli, dia terus saja membuat aku merasakan kenikmatan tiada tara, sehingga sebuah panggilan terdengar: “mama!” Ibu cepat-cepat mengambil selimut kemudian menutupi tubuhnya dan bagian bawah tubuhku.”Mama kenapa disitu?” adikku terbangun dan kemudian menghampiri kami dengan ekspresi penasaran. “Ka..ka..mu liat ibu lagi mijat kakak mu!” ibu menaruh tangannya diatas dadaku yang telanjang. “Memangnya kaka sakit apa?” Ibu tidak menjawab dan akupun tidak mampu menjawab karena ibu mulai bergoyang lagi dengan lembut didalam selimut, tidak peduli dengan adikku yang berdiri disamping kami.

1 komentar:

Unknown mengatakan...

cerita hot

Posting Komentar

 
Copyright TEORI KEBAHAGIAN © 2010 - All right reserved - Using Blue Porno Theme
Best viewed with Mozilla, IE, Google Chrome and Opera.