E-book Windows Java Symbian My Playlist Video
Blogger Skins Scripts Blogging Tips Link Kosong Link Kosong
Blogs Review Cerita Hot Link Kosong Link Kosong
KonsultasiFacebookku Twitterku Software CommunityConnected ForeverMusik Favorit
Senin, 10 Mei 2010 | 05.32 | 0 Comments

Dendam


Aku tinggal di kampung bersama ayahku sejak ayah dan ibu bercerai enam tahun lalu. Sementara ibuku pergi ke kota, dan aku mendengar kalau ibu udah berapa

kali menikah dan bercerai, sekarang menikah lagi dikota sana. Suatu waktu aku menghadiri sebuah acara adat dikampung tempat ibuku berasal, disebuah warung

sekelompok orang yang seumuran ayahku tiba-tiba tertawa-tawa melihat aku, aku sempat berfikir “apa yang lucu dengan aku? “Tidak lama salah seorang dari

mereka bertanya kepadaku “kamu anaknya Meni ya?” Aku mengangguk. “Kalau kamu anak Meni berarti itu ayah kamu” dia tertawa sambil menunjukkan salah seorang

dari mereka. “Ah kamu juga ayahnya kok” yang lain menyahut, sambil mereka tertawa-tawa. Betapa sakitnya hatiku mendengar ejekan itu. Sehingga menimbulkan

rasa dendam yang sangat terhadap ibuku. Sampai suatu waktu aku berkesempatan berkunjung ke tempat ibuku dikota. Aku merasa kedatanganku tidak disambut,

membuatku sedikit sedih “tapi ga pa-pa” aku menghibur diri. Sebagaimana yang aku tunggu-tunggu suatu siang hanya aku dan ibu dirumah, tapi ibu sunyi sepi

dalam kamarnya. Aku datang mengetuk kamarnya. Lama tidak ada respon tapi akhir terdengar suara: “ada apa?”Aku langsung membuka pintu, ternyata dia lagi

lulur, dia coba menutupi sebagian badannya dengan handuk kecil. “Ada apa?” dia mengulang. Tanpa ngomong aku mendekati dan langsung mendekap dia.”Ada apa

ini!?” dia berteriak sekaligus berusaha melepaskan dekapanku, namun justru membuat handuknya terlepas sehingga diapun telanjang. “Ma ma” aku berusaha meredam

pemberontakannya. Ya, berhasil juga, dia terdiam, sementara aku memeluk dari belakang badannya yang telanjang itu. Aku mulai mencium belakang telinganya,

membalikkan badannya, kini nampaknya dia membiarkan aku berkuasa, memberi kesempatan aku untuk melampias dendamku sehingga dengan bringas aku mencium sekujur

tubuhnya. Aku bisa merasakan tubuh ibu yang mulus, dan kencang. Kemudian aku menarik tangan ibu, membawa dia naik keatas tempat tidur. Dia diam saja

mengikuti, begitu diatas tempat tidur dengan cepat aku membukakan celanaku dan langsung mengarahkan penisku kearah vagina ibu. Goyangan demi goyangan

berlalu, nafas berkejaran. Sejak saat itu, meskipun sikap ibu seperti jutek terhadap aku, tetapi kalau aku ngajak main tidak pernah ditolaknya, itu sebabnya

akupun sedikit betah disitu, sampai hampir 3 bulan aku 'berbulan madu' akupun pulang kembali ke kampung.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright TEORI KEBAHAGIAN © 2010 - All right reserved - Using Blue Porno Theme
Best viewed with Mozilla, IE, Google Chrome and Opera.