Aku tinggal di kampung bersama ayahku sejak ayah dan ibu bercerai enam tahun lalu. Sementara ibuku pergi ke kota, dan aku mendengar kalau ibu udah berapa
kali menikah dan bercerai, sekarang menikah lagi dikota sana. Suatu waktu aku menghadiri sebuah acara adat dikampung tempat ibuku berasal, disebuah warung
sekelompok orang yang seumuran ayahku tiba-tiba tertawa-tawa melihat aku, aku sempat berfikir “apa yang lucu dengan aku? “Tidak lama salah seorang dari
mereka bertanya kepadaku “kamu anaknya Meni ya?” Aku mengangguk. “Kalau kamu anak Meni berarti itu ayah kamu” dia tertawa sambil menunjukkan salah seorang
dari mereka. “Ah kamu juga ayahnya kok” yang lain menyahut, sambil mereka tertawa-tawa. Betapa sakitnya hatiku mendengar ejekan itu. Sehingga menimbulkan
rasa dendam yang sangat terhadap ibuku. Sampai suatu waktu aku berkesempatan berkunjung ke tempat ibuku dikota. Aku merasa kedatanganku tidak disambut,
membuatku sedikit sedih “tapi ga pa-pa” aku menghibur diri. Sebagaimana yang aku tunggu-tunggu suatu siang hanya aku dan ibu dirumah, tapi ibu sunyi sepi
dalam kamarnya. Aku datang mengetuk kamarnya. Lama tidak ada respon tapi akhir terdengar suara: “ada apa?”Aku langsung membuka pintu, ternyata dia lagi
lulur, dia coba menutupi sebagian badannya dengan handuk kecil. “Ada apa?” dia mengulang. Tanpa ngomong aku mendekati dan langsung mendekap dia.”Ada apa
ini!?” dia berteriak sekaligus berusaha melepaskan dekapanku, namun justru membuat handuknya terlepas sehingga diapun telanjang. “Ma ma” aku berusaha meredam
pemberontakannya. Ya, berhasil juga, dia terdiam, sementara aku memeluk dari belakang badannya yang telanjang itu. Aku mulai mencium belakang telinganya,
membalikkan badannya, kini nampaknya dia membiarkan aku berkuasa, memberi kesempatan aku untuk melampias dendamku sehingga dengan bringas aku mencium sekujur
tubuhnya. Aku bisa merasakan tubuh ibu yang mulus, dan kencang. Kemudian aku menarik tangan ibu, membawa dia naik keatas tempat tidur. Dia diam saja
mengikuti, begitu diatas tempat tidur dengan cepat aku membukakan celanaku dan langsung mengarahkan penisku kearah vagina ibu. Goyangan demi goyangan
berlalu, nafas berkejaran. Sejak saat itu, meskipun sikap ibu seperti jutek terhadap aku, tetapi kalau aku ngajak main tidak pernah ditolaknya, itu sebabnya
akupun sedikit betah disitu, sampai hampir 3 bulan aku 'berbulan madu' akupun pulang kembali ke kampung.
Senin, 10 Mei 2010 | 05.32 | 0 Comments
0 komentar:
Posting Komentar